Setan Risent

Setan Risent


Ada sebuah kisah tentang seorang anak yang kerap diganggu oleh makhluk astral. Anak itu memiliki kemampuan melihat hal-hal supernatural, tetapi ia cenderung berpikir pelan dan sama sekali tidak pernah merasa takut terhadap hal mistis apa pun.

Di tempat tinggalnya, ia dikenal dengan julukan Itok, karena sering membantu orang yang mengalami masalah terkait hal-hal berbau mistis. Itok menjadi perantara untuk berkomunikasi dengan makhluk-makhluk tersebut. 

Tidak sedikit orang yang ingin memanfaatkan kemampuannya demi keuntungan pribadi, khususnya materi. Meski demikian, Itok adalah anak yang polos dan tidak memahami banyak hal tentang keuntungan materi sehingga tidak mudah dijadikan alat untuk kepentingan orang lain.

Ia hanya mau membantu ketika merasa nyaman dan memiliki keinginan kuat untuk melakukannya. Bahkan jika diberi imbalan apa pun, jika ia tidak ingin membantu, Itok akan menolak secara tegas dan tidak bisa dibujuk oleh siapa pun.

Semakin banyak orang mengetahui kemampuannya, Itok sering diminta bantuannya oleh penyidik atau dokter ketika menemukan kejanggalan dalam situasi yang sulit dijelaskan secara logika. 

Karena bantuannya, Itok telah menolong banyak orang serta makhluk lain dalam beragam situasi. Keberadaannya membuat banyak orang berpikir bahwa ia adalah anak yang tak pernah merasakan takut, gugup, atau jijik—bahkan saat harus membantu korban di rumah sakit atau insiden kecelakaan.

Jadi, menurutnya, tidaklah aneh jika bertemu dengan sosok apapun, baik yang sedang melintas maupun yang diam di tempat. Ia terbiasa menghadapi semua hal dengan pola pikir positif, meyakini bahwa tidak ada makhluk di dunia ini yang pada dasarnya menyeramkan atau menakutkan. Selama kita berniat untuk membantu dan tidak memiliki maksud mengganggu, semuanya akan berjalan baik.

Ia juga menyadari bahwa bukan hanya makhluk tak kasat mata yang bisa marah jika terusik; manusia pun akan merasa terganggu ketika mengalami hal yang sama. Oleh karena itu, penting untuk tidak menganggap semua makhluk tak kasat mata sebagai sesuatu yang jahat.

Pada suatu hari, Itok mendapat tugas memasuki sebuah ruangan forensik yang berisi mayat-mayat yang bentuknya sudah tidak dapat dikenali karena telah membusuk begitu lama. Mayat-mayat tersebut bahkan tidak terdeteksi oleh alat apa pun. Itok diminta hadir karena ditemukan suatu keganjilan yang tak dapat diselesaikan oleh pihak lain.

Hanya orang dengan kemampuan khusus yang dapat menggali fakta-fakta tersembunyi yang tidak bisa ditemukan oleh aparat kepolisian atau pihak kedokteran. Di sinilah Itok untuk pertama kalinya merasa menghadapi kejanggalan besar dalam hidupnya saat membantu makhluk-makhluk lain dan menelusuri peristiwa yang berkaitan dengan mayat-mayat tersebut.

Inilah awal kisahnya...

Heii... Heiii... Sambil berbisik di ruangan kala itu, Itok memandang mayat yang tergeletak di depannya. Diam sejenak, ia mengamati tubuh yang tampaknya kehilangan beberapa bagian.

"Hai manusia, aku berbicara padamu. Aku adalah orang yang sedang kamu selidiki," ucap suara wanita, yang ternyata adalah hantu.

Dengan nada datar dan tanpa rasa takut, Itok menjawab, "Apa sih, ganggu mulu. Sebentar, aku lagi lihat bagian tubuh kamu yang hilang," sambil terus meraba mayat tersebut.

Penyidik lain yang berada di ruangan itu tiba-tiba angkat bicara, "Hah... hahh... Kamu barusan bicara sama aku?"

Itok dengan santai menimpali, "Apa sih, orang aku lagi bicara sama mayat ini. Tuh dia lagi duduk di kursi belakang sana," ujar Itok sambil menunjuk bangku di belakangnya.

Sontak, penyidik merasakan bulu kuduknya berdiri dan tubuhnya gemetar. Dengan wajah pucat ia berkata, "Jangan bercanda, Mbak... Saya takut!"

"Lah, tadi nanya saya ngobrol sama siapa. Sekarang saya jawab malah dibilang bercanda. Udah diem deh jangan ganggu konsentrasi saya. Kalau takut kenapa kerja jadi dokter forensik? Mending jadi tukang gado-gado aja," balas Itok dengan kesal.

Tidak lama setelah itu, kursi di belakang tiba-tiba bergeser dengan sendirinya. Melihat kejadian tersebut, penyidik langsung panik, berlari keluar ruangan, lalu terpeleset dan tanpa sadar terkencing di tempat.

"Aaarghhh! Astaga! Ya Allah, apa itu? Tolong! Tolong! Ada hantu!" teriak penyidik histeris.

Itok hanya menggelengkan kepala sambil mendesah pelan, "Huh... aneh-aneh saja orang di sini. Kalau nggak punya kemampuan kenapa kerja di tempat begini? Cuma jadi beban buat aku saja."

Itok berdiri memandang sosok yang tak biasa di depannya. "Kenapa kamu malah mati sih? Sekarang aku yang repot harus cari tahu siapa kamu sebenarnya," katanya dengan nada kesal, berbicara kepada arwah yang muncul di hadapannya.

Arwah itu menatapnya sedih. "Kamu nggak merasa takut sama aku, ya? Aku ini mati, tahu. Dibunuh oleh bapakku sendiri. Sebelum itu, aku diperkosa oleh teman bapakku dan tubuhku dibuang ke sungai," ucap hantu itu dengan wajah pilu, suaranya mengandung duka yang mendalam.

Namun, Itok tetap santai, bahkan sinis. "Takut? Buat apa takut sama kamu? Wajah kamu saja kayak moci yang dibekuin di kulkas. Sama sekali nggak ada serem-seremnya," katanya sambil sedikit meledek. "Oh jadi kamu meninggal karena ulah bapakmu sendiri? Kenapa kamu nggak ganggu dia balik biar ikut mati sekalian? Malah repot-repot muncul di sini."

Arwah itu terlihat geram. "Berani banget kamu meledek aku begitu! Nggak ada sedikit pun rasa kasihan melihat aku, ya? Aku udah mati tragis, diperkosa juga, bahkan tangan hilang. Dasar kamu nggak punya hati!"

Itok tertawa kecil lalu menjawab dengan santai. "Ah, sok ngajarin aku soal kasihan-kasihan. Kalau aku nggak peduli, aku nggak bakal datang jauh-jauh buat ngurusin mayat kamu, Moci. Aku juga nggak bakal rela turun tangan buat lihat tubuh kamu yang udah busuk ini." Sikapnya tetap arogan meski suasana semakin aneh.

Tiba-tiba, beberapa rekannya sesama penyidik datang menghampiri dan bertanya kepada Itok. "Mbak, kenapa penyidik yang tadi kabur?"

Itok mengangkat bahu, "Mana aku tahu. Dia kabur habis lihat hantu mayat ini."

Salah satu rekannya tampak terkejut dan bertanya dengan nada bingung, "Hantu mayat? Di mana?"

Melihat reaksi mereka, Itok hanya mendengus. "Mau kabur juga kalian? Percuma kerja sebagai penyidik kalau cuma cari pangkat doang, bukan karena panggilan hati. Mending kalian mundur aja dari sekarang, daripada cuma bikin banyak orang rugi." 

Nada tegasnya membuat suasana menjadi lebih serius, meskipun dirinya terlihat tetap tenang menghadapi segala situasi di sekitarnya.

Sesampainya di rumah, Itok masih saja diganggu oleh makhluk tersebut. Gangguan itu tak berhenti hingga pada suatu momen, Itok terkena jebakan makhluk itu dan terpental. Meski demikian, Itok tidak menunjukkan sedikit pun rasa marah atau takut terhadap makhluk tersebut.

Makhluk itu terus mengganggunya dalam waktu yang sangat lama, namun tak pernah berhasil mendapatkan hasil apa pun. Hingga akhirnya, makhluk itu mencoba menakut-nakuti Itok dengan wujud aslinya, berharap bahwa bentuk tubuhnya akan membuat Itok merasa takut.

"Waaaarrggggghhhhh... Hahahahahah! Hei manusia! Aku adalah raja bangsa jin, yang datang untuk mengambil nyawamu dan menjadikannya tumbal kejayaanku! Hahahahahahaha!!" kata setan besar berbulu itu kepada Itok.

Namun, Itok hanya diam sambil memperhatikan makhluk itu dengan wajah polosnya. Dengan nada kesal, ia berkata, "Sudah! Ngomongnya berisik banget, ketawa malem-malem. Besok aja kalau mau ketawa lagi—aku capek, mau tidur dulu. Kalau soal tumbal, tunggu besok aja setelah aku makan biar gemuk dan enak dimakan," ujar Itok polos sambil berjalan menuju tempat tidurnya.

Makhluk tersebut merasa kesal dan putus asa. Ia merasa gagal karena baru kali ini ada manusia yang sama sekali tidak takut padanya. Tak tahan dengan kegagalannya, makhluk itu menangis dengan keras lalu mendekat ke wajah Itok yang sudah beristirahat.

Mmmmmpp... Maaf ya Mbak, kami benar-benar minta maaf. Ini pertama kalinya kami menerima laporan seperti ini, dan kami harus memperjelas soal mayat, ujar penyidik.

Sudah, sudah... lain kali jangan seperti itu. Setan juga perlu dimengerti, bukan ditakuti. Karena mereka pun butuh kalian semua. Semua makhluk di dunia ini tidak bisa hidup sendirian, semua membutuhkan bantuan orang lain, ucap Itok.

Hari ini saya menemukan bahwa bagian tubuh yang hilang dari mayat itu hanyalah pergelangan tangan. Hantu tersebut mengatakan bahwa pergelangan tangan itu terjatuh di pinggir sungai dekat tempat kejadian. Jadi, suruh semua orang untuk mengambil sisa tubuh mayat tersebut.

Hal kedua adalah penyebab korban meninggal. Dia dibunuh oleh ayahnya sendiri dan diperkosa oleh teman ayahnya sebelum akhirnya dibuang ke sungai. Bukti percakapan masih ada di ponsel milik ayah korban, meskipun sudah dihapus. Selain itu, ada saksi yang melihat kejadian pembunuhan ini, dan orang tersebut adalah tetangga korban bernama Firman. Itu semua penjelasannya kepada saya. Tolong, Bapak dan Ibu penyidik, tindak lanjuti informasi ini. Terima kasih. Saya pamit, ucap Itok dengan nada datar.

Setelah selesai menjalankan tugasnya, Itok kembali ke rumah. Namun, seperti biasa, ia sering menghadapi berbagai macam gangguan setelah keluar atau masuk rumah sakit.

Berjumpa dengan beragam jenis sosok dan wujud berbeda tidak pernah sekalipun membuat Itok merasa terbebani atau takut. Ia selalu menanggapinya dengan tenang dan melanjutkan aktivitasnya tanpa terganggu.

Hingga suatu waktu, ia bertemu dengan makhluk yang berbeda dari biasanya. Sosok ini sering muncul untuk mengganggunya, bukan hanya sekali, tapi berkali-kali menghampiri Itok.

Makhluk tersebut mencoba berbagai cara untuk menakuti Itok — membuat suara seram, menampilkan wujud menyeramkan — hingga mencoba menjatuhkan semangatnya. Namun semua usahanya tidak pernah membuahkan hasil sedikit pun.

Apakah kamu sama sekali tidak merasa takut melihat wajahku? Apa aku tidak cukup seram di mata manusia? Apakah aku benar-benar tidak bisa menakuti manusia? jerit makhluk itu sambil menangis tersedu-sedu.

Ssssttt… berisik! Aku bilang berisik! Kalau mau mendatangiku lagi, besok saja. Aku capek, hanya ingin istirahat. Jangan menangis di sini! Pergi cari tempat lain! ucap Itok tegas.

Tangisan makhluk itu semakin keras, tetapi dengan penuh kekesalan ia akhirnya pergi. Sebelum menghilang, ia berteriak lantang, Aku berjanji mulai hari ini aku tidak akan mengganggu manusia lagi! Aku menyerah menjadi setan! Aku akan berhenti menakut-nakuti siapa pun!

Makhluk itu pun menghilang dengan air mata bercucuran dan tidak pernah kembali mengganggu Itok.

Itok menyadari bahwa rasa takut tidak seharusnya disimpan dalam hati. Ketakutan hanya akan membawa petaka dan kerugian bagi hidup kita. Hidup tenang dan berpikir positif adalah kunci. Jangan biarkan hati dipenuhi keresahan dan ketakutan, karena hal itu hanya akan merugikan diri sendiri.
Load comments