Lukisan Luar Nalar
Cerpen MisteriAzhar, seorang pemuda dengan kemampuan unik sejak lahir, diberi kelebihan oleh Tuhan untuk melihat keberadaan makhluk halus dan kejadian yang tak bisa dilihat manusia normal. Kemampuan ini mulai ia rasakan sejak usia 5 tahun, dan keluarganya mulai menyadari keanehan pada perilaku Azhar, yang berbeda dari balita lain.
Azhar sering terlihat tertawa dan bermain sendiri, seakan banyak yang menemaninya. Hal ini membuat kedua orang tuanya bingung dan curiga anaknya memiliki keistimewaan. Hari demi hari, tanda-tanda kemampuannya makin jelas. Sang ayah yang mengamati tingkah laku Azhar saat bermain akhirnya menyadari bahwa anaknya tidak hanya aktif secara fisik, tetapi juga memiliki kemampuan melihat makhluk lain.
Mereka meyakini Azhar bisa melihat makhluk-makhluk tak kasat mata, karena ia tampak bahagia ketika bermain sendiri, seolah ada sosok yang menemaninya. Orang tuanya sering menyaksikan Azhar tertawa geli, berlari seperti dikejar, bahkan melompat-lompat seolah diajari sesuatu.
Suatu ketika, sang ibu penasaran dan dengan lembut bertanya kepada Azhar, “Azhar, lagi main sama siapa kok ketawa sendiri?” Azhar yang masih polos menjawab bahwa ia sedang bermain dengan dua temannya. Setelah menjawab, Azhar langsung kembali bermain, tampak seperti ditarik kembali oleh sesuatu untuk melanjutkan keseruan itu.
Mendengar jawaban tersebut, ibunya bergegas masuk ke rumah untuk memberi tahu suaminya. Dengan rasa khawatir yang mendalam, mereka pun membicarakan kondisi Azhar dan keunikan yang dimilikinya.
Ayah, Ayah... sang ibu tergesa-gesa mencari suaminya. Ia sudah tidak sabar untuk memberitahukan hal yang baru saja ia ketahui. Keresahan menghinggapinya karena ia khawatir jika anaknya yang masih kecil terus-menerus bermain dengan makhluk halus, sesuatu yang ia takuti bisa membawa dampak buruk. Anak kecil itu, tentu saja, belum memahami apa itu makhluk halus atau dunia tak kasat mata.
"Ada apa, Bu? Kenapa?" jawab sang suami, terkejut melihat istrinya begitu cemas.
"Itu, Yah... anak kita. Tadi aku tanya Azhar, dia sedang bermain dengan siapa sampai tertawa geli seperti itu. Dia bilang sedang bermain dengan dua temannya. Aku takut kalau benar anak kita punya kelebihan seperti ini dan itu bisa mencelakainya," kata sang ibu dengan nada penuh kekalutan.
Mendengar ucapan istrinya, sang suami mulai merasa khawatir atas kejadian tersebut. Setelah banyak pertimbangan, akhirnya ia memutuskan untuk membawa anaknya ke orang pintar. Tujuannya adalah agar Azhar tidak lagi berinteraksi dengan makhluk-makhluk halus. Sang istri yang setuju dengan keputusan suaminya mengiyakan dengan penuh harap. Tak lama kemudian, mereka berdua berangkat membawa Azhar ke rumah orang pintar untuk mencari solusi.
Namun, setibanya di sana, sesuatu yang tak terduga terjadi. Azhar, yang baru saja masuk ke rumah orang pintar itu, langsung berlari ke sebuah kamar tertentu. Sesampainya di kamar itu, Azhar kembali menunjukkan perilaku aneh seperti berbicara dengan teman-temannya yang tak terlihat, seolah ada banyak teman yang bermain dengannya. Hal ini semakin membuat ibu dan ayahnya panik.
Orang pintar yang belum menemukan kesempatan untuk mendengar cerita lengkap dari orang tua Azhar justru ikut terkejut dengan tingkah sang anak. Setelah sedikit tenang, orang pintar itu berkata bahwa anak mereka sebenarnya sedang bermain bersama "anak-anak" dari dunia lain. Ia juga menjelaskan bahwa kemampuan Azhar melihat makhluk halus adalah bawaan lahir dan tidak bisa disembuhkan.
Orang tua Azhar pun harus menerima kenyataan tersebut dengan hati yang berat. Mereka pulang ke rumah dengan pasrah, mengikhlaskan bahwa putra mereka harus hidup dengan kelebihannya hingga dewasa. Seiring waktu, Azhar mulai terbiasa dengan kemampuannya dan tumbuh dewasa. Ia bahkan kerap membantu banyak orang melalui kemampuan uniknya ini.
Suatu hari, usaha ayah Azhar—sebuah toko barang antik—mulai menghadapi masalah yang besar. Tokonya yang dahulu ramai pembeli tiba-tiba menjadi sepi, seperti kehilangan pelanggan secara drastis. Kebangkrutan pun mengancam bisnis keluarga itu. Ayah dan ibu Azhar dibuat kebingungan; mereka tidak tahu alasan kenapa belakangan ini tak seorang pun tertarik untuk memasuki toko tersebut.
Kabar burung beredar di masyarakat bahwa toko tersebut menyeramkan. Banyak yang mengaku melihat makhluk besar berbulu sering berdiri di depan toko, sehingga pelanggan merasa takut dan menghindari tempat itu. Cerita ini menyebabkan pelanggan-pelanggan setia mereka memutuskan untuk berpindah ke toko lain.
Merasa putus asa, sang ayah akhirnya memutuskan meminta bantuan Azhar. Ia berharap putranya bisa menggunakan kemampuannya untuk memeriksa toko itu dan mengetahui kebenaran isu yang beredar. Setelah mendengar permintaan ayahnya, Azhar segera pergi ke toko untuk menyelidiki masalah ini secara langsung. Isu-isu tentang toko ayahnya pun sudah sampai di telinganya sejak beberapa waktu lalu.
Ketika akhirnya ia memeriksa toko tersebut secara mendalam, Azhar menemukan sumber dari permasalahan itu: sebuah lukisan yang digantung di dalam toko telah diberi susuk atau guna-guna oleh seseorang. Energi negatif dari benda itulah yang membuat orang-orang enggan memasuki toko karena terasa menyeramkan dan penuh aura buruk.
Masalah pun akhirnya terungkap, namun cerita itu belum selesai...
Makhluk yang dilihat Azhar ternyata benar sesuai dengan isu yang beredar di antara orang-orang. Akhirnya, Azhar meminta makhluk tersebut untuk kembali ke tempat asalnya dan tidak lagi mengganggu usaha ayahnya. Sang ayah, yang mengetahui bahwa makhluk itu berasal dari sebuah lukisan, langsung teringat pada seseorang yang pernah memberikan lukisan tersebut.
Ternyata, salah satu temannya yang juga memiliki profesi serupa dan memiliki toko telah memberikan lukisan itu. Teman tersebut mengklaim bahwa lukisan itu akan membawa keberuntungan dan menarik banyak pembeli. Namun, sejak lukisan tersebut berada di toko, tidak ada satu pun pelanggan yang datang. Bahkan, orang-orang yang melintas di depan toko ayah Azhar seolah-olah tidak bisa melihat keberadaannya.
Hal yang lebih aneh adalah toko milik temannya yang biasanya sepi justru menjadi ramai. Banyak pelanggan, termasuk langganan tetap ayah Azhar, beralih ke sana. Setiap hari tokonya penuh sesak, berbeda drastis dari biasanya. Ketika Azhar memberitahukan hal ini kepada sang ayah, barulah ia sadar bahwa dirinya terkena kiriman guna-guna oleh temannya sendiri. Hal ini dilakukan karena kecemburuan akan pendapatannya yang selama ini lebih baik.
Meskipun menyadari hal tersebut, ayah Azhar memilih untuk berhati-hati dengan semua temannya ke depannya. Ia tidak menyimpan dendam, bahkan menganggap kejadian itu sebagai pelajaran berharga, dan memutuskan untuk tidak membalas perbuatan buruk tersebut.
