Kisah Adik dan kakak Menjalin kasih
PercintaanSuatu hari, hiduplah dua orang saudara yang telah lama ditinggalkan oleh orang tua mereka karena meninggal dunia. Keadaan memaksa kedua anak tersebut untuk menjalani hidup dengan mandiri. Rendi, yang merupakan seorang kakak laki-laki, berusaha menjaga adiknya, Celsy, seorang diri. Tidak hanya merawat adiknya, Rendi juga harus bekerja keras mencari nafkah meski usianya masih sangat muda.
Kehilangan orang tua sejak kecil membuat Rendi tumbuh menjadi sosok yang bertanggung jawab. Ia tidak hanya berperan sebagai pelindung bagi Celsy, tetapi juga mengambil peran mendidiknya. Dengan segala perjuangan dan kerja keras, Rendi berusaha memberikan yang terbaik untuk adiknya, bahkan memastikan tidak ada satu pun hal yang membuat Celsy merasa terluka atau bersedih. Meski menjalani hari-hari yang penuh kesulitan, Rendi selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan adiknya tanpa pernah mengeluh.
Apapun permintaan Celsy, sejauh mungkin Rendi akan berusaha memenuhinya. Rasa sayang dan tanggung jawab yang besar terhadap Celsy membuat Rendi kerap kali khawatir jika adiknya harus menghadapi kekecewaan, bahkan jika itu bukan disebabkan olehnya. Selain dikenal sebagai pekerja keras, Rendi juga adalah kakak yang protektif. Ia sangat menjaga adiknya sampai terkadang menghalangi Celsy untuk keluar rumah atau bergaul dengan orang lain.
Celsy, yang tumbuh menjadi gadis penurut, cenderung mengikuti semua ucapan kakaknya. Kehilangan orang tua di usia sangat muda membuat Celsy menjadikan Rendi sebagai sosok paling penting dalam hidupnya. Baginya, Rendi bukan hanya seorang kakak, tetapi pelindung yang selalu ada untuknya kapanpun ia membutuhkan.
Namun, seiring bertambahnya usia, emosi dan pikiran Rendi semakin berkembang. Ia diliputi ketakutan akan kemungkinan kehilangan satu-satunya anggota keluarga yang tersisa dalam hidupnya. Kekhawatiran itu sering membuat Rendi terlalu melindungi hingga mengatur banyak hal dalam kehidupan Celsy. Tak jarang, ini menjadi pemicu pertengkaran di antara keduanya karena larangan-larangan yang dianggap berlebihan oleh Celsy.
Ketika memasuki usia dewasa, Celsy mulai merasa jenuh dan kesal dengan berbagai aturan dari kakaknya. Hidupnya terasa terkungkung karena ia jarang diizinkan keluar rumah, kecuali jika ditemani oleh Rendi. Hal ini membuat Celsy terkadang mencoba keluar tanpa sepengetahuan kakaknya. Ketika perbuatannya diketahui, Rendi sering marah besar karena merasa kecewa dan khawatir akan keselamatan adiknya.
Perbedaan pandangan di antara mereka membuat hubungan kakak-beradik itu kerap diwarnai pertengkaran. Celsy yang mulai menginginkan kebebasan merasa terkekang oleh aturan-aturan dari kakaknya, sementara Rendi merasa bahwa semua yang ia lakukan hanyalah demi kebaikan dan kebahagiaan Celsy. Konflik kecil maupun besar menjadi bagian dari keseharian mereka, mencerminkan betapa beratnya peran yang harus dijalani kedua saudara tersebut di tengah kehilangan dan kesulitan hidup yang mereka alami bersama.
Namun, Rendi—yang selalu melarang dan semakin mengekang adiknya—kini menunjukkan sikap yang semakin kasar. Segalanya memuncak ketika ia mendengar kabar bahwa adiknya, Celsy, sedang dekat dengan seorang pria yang baru saja pindah dari kota. Kebetulan pula, Celsy menyukai pria tersebut.
Ketika Rendi mengetahui hal itu, ia langsung menemui pria kota tersebut tanpa bertanya terlebih dahulu kepada adiknya. Saat bertemu, ia menepuk punggung pria itu dengan tatapan penuh tekanan.
Pria kota itu menoleh dengan raut terkejut, merasa tidak mengenal Rendi sama sekali.
Rendi, dengan nada pelan namun penuh ancaman, mendekat ke telinganya dan berkata, "Jauhi Celsy. Kalau mau aman di sini, jangan pernah mendekati adik satu-satunya yang gue miliki." Tatapannya diiringi ketegasan yang membuat suasana terasa tegang.
Pria kota tersebut merasa terintimidasi dan takut dengan ucapan Rendi, yang seolah memperingatkannya untuk tidak macam-macam. Setelah merasa cukup puas dengan peringatannya, Rendi pun kembali ke rumah, ingin memastikan situasi dengan adiknya. Tanpa mengetahui apapun tentang kejadian tersebut, Celsy menyambut kakaknya seperti biasa. Dengan ceria, ia menyuguhkan segelas air sambil sesekali bercanda, membuat obrolan mereka terdengar hangat.
Malam harinya, meskipun sudah bersikap tegas kepada pria kota tadi, Rendi masih merasa gelisah. Ia khawatir akan kehilangan Celsy, mengingat adiknya semakin tumbuh dewasa dan mulai memiliki keinginan sendiri. Rendi merasa risau jika perasaan Celsy terhadap pria kota itu membuatnya sulit untuk menjaga hubungan dekat dengan adik satu-satunya.
Keesokan harinya, saat Rendi pergi bekerja seperti biasa, Celsy memutuskan keluar rumah secara diam-diam tanpa sepengetahuan kakaknya. Ia berniat memberikan sarapan untuk pria yang ia sukai sebagai perhatian kecil.
Ketika bertemu, Celsy menyapa dengan semangat. "Pagi! Aku bawain makanan nih buat kamu!" ucapnya sambil tersenyum lebar dengan wajah yang cerah.
Namun, respon pria kota itu tidak seperti yang ia bayangkan. Pria itu terlihat canggung dan menjaga jarak. Hatinya masih dihantui ancaman Rendi dari hari sebelumnya. Ia menjadi lebih dingin terhadap Celsy, sikap yang menciptakan kebingungan di benaknya.
Celsy yang merasa ada yang aneh akhirnya bertanya dengan nada penuh rasa ingin tahu dan sedih. "Kenapa sih? Kamu marah sama aku? Memangnya aku salah apa ke kamu?" ujar Celsy mencoba mencari penjelasan, sementara hatinya mulai diliputi kekecewaan.
Pria itu pun menjawab dengan dingin, "Maaf, Celsy. Mulai hari ini, lebih baik kamu tidak lagi menemui aku."
Celsy, yang tak memahami alasan di balik sikap pria itu, bertanya dengan nada sedih dan bingung, "Kenapa? Apa salahku? Apa aku sudah mengganggu pekerjaanmu?"
Namun, pria tersebut dengan nada datar menjawab, "Bukan begitu. Aku hanya ingin sendiri. Rasanya tidak nyaman kalau rekan-rekan kerjaku melihat kita terlalu dekat."
Mendengar jawaban dingin tersebut, Celsy hanya bisa terdiam. Dengan hati yang hancur, ia pergi meninggalkan pria yang ia suka sambil menahan air mata yang tak terbendung. Dalam perjalanan pulang, perasaan kecewa semakin menguasai hatinya. Ia mulai berpikir bahwa pria kota itu tidak benar-benar menyukainya. Celsy menyadari mungkin ia hanya dimanfaatkan dan dibuat merasa spesial tanpa ada ketulusan.
Sesampainya di rumah, Celsy yang larut dalam kesedihan terlihat lesu dan murung. Kakaknya, Rendi, yang baru saja pulang, langsung menyadari perubahan sikap adiknya. Meskipun sebenarnya ia sudah tahu penyebab kesedihan Celsy, Rendi berpura-pura tidak tahu dan mencoba mendekatinya.
“Celsy?” ucap Rendi lembut sambil mengusap kepala adiknya. “Kenapa kamu sedih? Ada masalah? Kakak lihat kamu cuma diam saja di kamar.”
Merasa tenang oleh perhatian kakaknya, Celsy akhirnya mencurahkan isi hatinya. “Iya, Kak... Aku sedih. Tapi Kakak jangan marah, ya. Aku sebenarnya suka sama lelaki kota yang baru tinggal di desa kita. Aku kira dia juga punya perasaan yang sama ke aku… Tapi ternyata dia hanya pura-pura suka sama aku. Sekarang aku cuma merasa kecewa dan bodoh karena sempat percaya padanya.”
Rendi mendengarkan curahan hati adiknya dengan seksama. Dalam hati, ia merasa lega dan puas karena usahanya membuat adiknya menjauh dari pria tersebut ternyata berhasil. Namun, ia berusaha menyembunyikan kegembiraannya dan memilih fokus untuk menenangkan Celsy.
“Ssst... Sudah, jangan sedih lagi,” ujar Rendi sambil mengelus lembut kepala adiknya. Ia mencoba menghibur adiknya dengan berbagai cara untuk mengurangi rasa sakit hati yang sedang dirasakan Celsy saat itu. Bagi Rendi, kebahagiaan adiknya adalah hal yang paling penting.
Akhirnya, Rendi dan Celsy memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan berdua demi mencairkan suasana. Celsy tampak begitu bahagia dan tenang saat bersama kakaknya, tetapi di sisi lain, sikapnya justru membuat Rendi merasa semakin aneh. Rendi mulai diliputi ketakutan, takut kehilangan hubungan dengan adiknya. Terlebih lagi, Celsy yang terlihat tidak tertarik mengenal laki-laki lain di luar kakaknya semakin membuat Rendi merasa istimewa. Dalam pikirannya, ia sadar bahwa selama ini dirinya adalah satu-satunya yang selalu bisa membuat Celsy bahagia tanpa pernah mengecewakannya.
Tanpa disadari, hubungan keduanya perlahan berubah. Rendi mulai hanyut dalam kehangatan sosok adiknya dan menumbuhkan perasaan yang berbeda. Ia merasa bukan hanya sekadar kasih sayang sebagai saudara, tetapi benih cinta yang lebih dalam terhadap Celsy mulai tumbuh dalam dirinya. Hal serupa juga terjadi pada Celsy—perlahan timbul perasaan saling cinta di antara mereka, hingga dinamika sehari-hari pun berubah menjadi seperti sepasang kekasih yang saling memahami dan menyayangi.
Meskipun mereka sadar bahwa hubungan ini tidak lazim sebagai saudara kandung, keduanya merasa bahwa menjaga satu sama lain adalah hal yang paling penting. Ada rasa takut dan kecemasan jika hubungan mereka dengan orang lain justru akan membawa kekecewaan. Oleh karena itu, muncul pikiran untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih demi keamanan dan keyakinan bahwa tak ada satu pun dari mereka yang akan melukai perasaan pasangannya.
Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka semakin erat dan penuh kebahagiaan. Mereka menjalani hari-hari bersama layaknya pasangan sejati, menjaga rahasia itu rapat-rapat. Tak ada seorang pun yang tahu bahwa hubungan ini terjalin antara kakak dan adik kandung. Mereka hidup dalam kebahagiaan diam-diam, menyembunyikan semua dari mata dunia.
