Kisah Seorang Pengantin Kecelakaan Dan Bergentayangan
Cerpen MisteriSuatu hari, terjadi sebuah kecelakaan di tikungan tajam Desa Tugu Jaya. Lokasi tersebut telah lama menjadi bahan pembicaraan banyak orang karena seringnya terjadi kecelakaan lalu lintas di sana, mulai dari korban yang hanya mengalami luka-luka hingga merenggut nyawa.
Jalan yang disebut dengan "tikungan tajam" ini tidak hanya ramai dibicarakan oleh penduduk sekitar, tetapi juga oleh orang-orang dari luar daerah. Hal ini disebabkan oleh reputasi jalan tersebut yang diselimuti cerita mistis, sehingga banyak peristiwa dianggap sulit dijelaskan dengan logika.
Inilah kisah tentang tikungan tajam itu...
Pada siang hari, tepatnya Kamis sore pukul 15.30, suasana mendadak dikejutkan dengan sebuah kecelakaan tragis di lokasi tersebut. Korbannya adalah seorang wanita muda yang rencananya akan melangsungkan pernikahan dua hari mendatang.
Wanita itu mengalami kecelakaan setelah terjatuh dari motornya. Ia terluka parah, kehilangan banyak darah dari bagian kepalanya, dan bahkan terpental jauh ke pinggir jalan. Padahal sebelumnya, ia baru saja selesai berbelanja perlengkapan yang masih kurang untuk hari pernikahannya.
Namun takdir berkata lain, ia tidak sempat menghadiri momen bahagia tersebut. Wanita itu dinyatakan meninggal dunia di tempat kejadian.
Orang-orang mulai berdatangan untuk melihat dan mencari tahu tentang insiden yang menyebabkan perempuan itu jatuh dan meninggal dunia. Saksi mata menyebutkan bahwa pengemudi ojek yang membawanya berkendara dengan normal, tanpa tanda-tanda melaju dengan kecepatan tinggi saat kejadian tersebut berlangsung.
Namun, semakin lama, darah dari tubuh perempuan itu mengalir deras, menyiratkan adanya kejanggalan dalam peristiwa ini. Sejumlah warga berpendapat bahwa insiden ini bukanlah sekadar kecelakaan motor, melainkan ada luka yang terjadi sebelumnya.
Karena berbagai spekulasi yang beredar, tak ada satu pun warga yang berani menolong korban. Alasannya, mereka takut jika insiden ini bukanlah kecelakaan biasa.
Aparat setempat pun mengambil inisiatif dengan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian. Mereka khawatir akan disalahkan jika keluarganya kelak mempertanyakan peristiwa ini.
Tidak membutuhkan waktu lama, polisi tiba di tempat kejadian perkara (TKP). Petugas memastikan bahwa warga tidak diperkenankan mendekati atau menyentuh tubuh korban. Saat pemeriksaan dilakukan, ditemukan bahwa kepala korban memiliki luka sayatan yang jelas tidak berasal dari kecelakaan, melainkan akibat benda tajam.
Polisi pun memutuskan untuk melakukan otopsi terhadap korban dan memanggil keluarganya agar hadir dalam proses pemeriksaan. Namun, pertanyaan besar muncul di benak masyarakat: jika ini bukan kecelakaan biasa, siapa yang tega melukai perempuan tersebut?
Keluarga akhirnya tiba di lokasi kejadian, merasa terpukul dan tidak menyangka bahwa anak mereka, yang tengah bersiap untuk merayakan momen bahagia lusa mendatang, harus mengalami akhir yang tragis.
Tak berselang lama, jenazah korban dibawa oleh keluarga dan pihak kepolisian untuk proses lebih lanjut. Keluarga korban kemudian meminta masyarakat sekitar untuk membantu membersihkan genangan darah yang berserakan di TKP. Warga segera bergerak dan membersihkan kawasan tersebut hingga tak tersisa darah segar yang mengalir deras pada hari nahas itu.
Malam tiba, dan masyarakat sekitar mulai kembali merasakan keresahan, terutama mereka yang tinggal di dekat tikungan tajam yang sering menjadi lokasi kecelakaan tragis. Hanya orang-orang terdekat, termasuk keluarga yang tinggal tepat di seberang jalan itu, yang kerap menjadi saksi dan sekaligus korban gangguan misterius.
Gangguan tersebut sering dikaitkan dengan arwah mereka yang telah meninggal di lokasi tersebut. Pengalaman menyeramkan ini dirasakan terutama oleh Bu Laras, yang rumahnya persis di depan tikungan tajam tersebut. Selama sekitar satu minggu setelah kejadian, daerah itu sempat terasa aman, tanpa kecelakaan atau gangguan berarti. Namun, semua berubah di malam Jumat minggu berikutnya.
Pada malam itu, Bu Laras mulai merasakan sesuatu yang tidak biasa. Gangguan dan kejanggalan muncul kembali, menghadirkan atmosfer mencekam. Sosok yang mengganggu ini tampaknya tidak pernah memilih korban secara spesifik, mengganggu siapa saja tanpa alasan yang jelas. Kehadiran entitas ini membuat masyarakat enggan keluar rumah pada malam hari, terutama jika baru terjadi kecelakaan. Banyak nyawa melayang di tikungan tersebut, menambah beban ketakutan di hati warga sekitar.
Bu Laras sendiri sering merasakan hal-hal ganjil. Sehari-hari ia mendengar suara-suara aneh yang menciptakan rasa waswas, terlebih saat ada korban baru di jalan itu. Ketakutannya memuncak pada suatu malam. Saat itu pukul 12:00 tengah malam, Bu Laras terbangun karena ingin buang air kecil. Kebetulan suaminya sedang tidak ada di rumah, hanya ia dan anaknya yang tinggal malam itu.
Setelah kembali dari kamar mandi, ia mendengar suara jeritan wanita yang sangat keras di depan pintu rumahnya. Panik, Bu Laras langsung berlari ke kamar untuk tidur bersama anaknya demi mencari rasa aman. Namun, suara jeritan itu semakin lantang, membuat takutnya kian memuncak. Dengan penuh rasa cemas, ia mencoba tetap tenang sambil menjaga anaknya agar tidak ikut terbangun. Malam itu menjadi salah satu malam penuh ketegangan bagi Bu Laras di rumah yang selalu berhadapan dengan sisi gelap tikungan tajam tersebut.
Rani… Rani... bangun, nak. Ayo bangun, ujar Bu Laras pelan sambil mencoba membangunkan anaknya.
Mmmm, apa sih, Bu? Masih malam, kok udah dibangunin, sahut Rani dengan suara malas.
Nak, bangun! Kamu dengar, kan? Ada suara seseorang menangis… ucap Bu Laras dengan wajah penuh kekhawatiran.
Setengah sadar, Rani menjawab, Eh, iya Bu… Rani dengar. Tapi itu siapa sih?
Ibu juga nggak tahu, nak. Mungkin itu suara korban kecelakaan kemarin yang sedang kesakitan. Setahu ibu, dia sempat cerita kalau mau jadi pengantin saat itu, jawab Bu Laras perlahan dengan bisikan.
Tangisan tersebut semakin jelas terdengar, menggema di tengah kesunyian malam. Suaranya penuh pilu dan keputusasaan: "Huuu… sakit… tolong… aku sakit… aku ingin pulang…" Jerit dan rintih yang seolah mengiris hati itu membuat suasana semakin mencekam.
Bu Laras dan Rani berupaya menenangkan diri. Mereka mulai membaca ayat-ayat Alquran yang mereka hafal, berusaha mengundang ketenangan dan membawa kesunyian kembali ke rumah mereka.
Perlahan tapi pasti, suara tangisan itu memudar hingga benar-benar hilang. Perasaan takut yang menghantui akhirnya mengendur sedikit, dan mereka pun mencoba kembali tidur. Malam itu terasa panjang dan penuh kegelisahan.
Keesokan paginya, Bu Laras memberanikan diri membuka pintu dan memeriksa keadaan sekitar. Dengan hati yang masih diliputi rasa takut, ia mencoba memahami apa sebenarnya yang terjadi semalam. Dia berpikir jika benar ada manusia di luar sana, pasti akan ada jejak atau tanda-tanda di pintu—mungkin seperti bekas goresan atau cakaran. Namun ternyata, pintu rumahnya tetap utuh tanpa sedikit pun bekas.
Bu Laras dan Rani memutuskan untuk menjalani hari seperti biasa. Walaupun peristiwa menakutkan itu masih terngiang di benak mereka, keduanya memilih untuk melanjutkan hidup dengan lapang dada. Mengeluh pun rasanya tak ada gunanya. Rumah mereka sudah berdiri di tepi jalan yang sering dipenuhi kejadian aneh, dan mereka hanya bisa bertahan tanpa pilihan lain.
Tak terasa, tiga minggu berlalu sejak kecelakaan tersebut terjadi. Namun cerita tentang sosok misterius korban kecelakaan itu masih ramai diperbincangkan oleh tetangga-tetangga sekitar. Ternyata, bukan hanya keluarga Bu Laras yang mengalami gangguan di malam hari. Beberapa warga lain bahkan mengaku melihat sosok wanita dengan pakaian dan rambut yang sama seperti saat peristiwa kecelakaan. Isu ini semakin merebak hingga ke masyarakat yang tinggal cukup jauh dari lokasi kejadian. Aura misteri pun terus menyelimuti wilayah itu.
Kisah ini bermula dengan suasana mencekam ketika seorang korban yang telah meninggal muncul dengan wajah menyeramkan berlumuran darah, menyebabkan keresahan di lingkungan sekitar. Bahkan Ketua RT dan RW turut menjadi sasaran gangguan, hingga akhirnya mereka berinisiatif untuk mengambil langkah demi menenangkan keadaan.
Pak RT dan Pak RW merasa perlu mengunjungi keluarga korban untuk membahas kejadian ini, mengingat gangguan misterius ini telah membuat masyarakat hidup dalam ketakutan. Bersama beberapa saksi warga, mereka menemui keluarga korban guna menyampaikan keprihatinan masyarakat sekaligus menyarankan agar dilakukan ritual keagamaan. Mereka menduga, arwah korban mungkin belum tenang setelah meninggal dengan cara tragis.
Keluarga korban ternyata juga mengalami gangguan serupa. Mereka merasakan kehadiran korban yang seakan-akan meminta jawaban atas siapa yang bertanggung jawab atas kematiannya. Rumor beredar bahwa pembunuh korban adalah mantan pacarnya sendiri, yang hubungan mereka tidak direstui oleh keluarga.
Untuk menenangkan arwah korban sekaligus menghentikan gangguan, keluarga memutuskan untuk mengadakan pengajian di tempat kejadian perkara dan di makam korban. Langkah ini diambil sebagai bentuk doa agar sang korban menemukan kedamaian dan tidak lagi mengganggu masyarakat sekitar.
Pengajian berlangsung lancar, membawa ketenangan bagi warga dan keluarga korban. Sejak saat itu, tidak ada lagi gangguan aneh yang dirasakan. Sementara itu, titik terang mengenai kasus kematian mulai terungkap. Pelaku akhirnya menyerahkan diri kepada pihak berwajib, mengaku tidak kuasa menanggung tekanan karena terus dihantui oleh arwah korban. Dengan pelaku berhasil diamankan, kehidupan warga pun kembali normal, meninggalkan pelajaran berharga tentang pentingnya mencari keadilan dan ketenangan batin.
Dan tak lama setelah ia mendekam di penjara, ia mengalami ketakutan luar biasa yang membuatnya stres berat hingga harus dilarikan ke rumah sakit jiwa. Sayangnya, ia tidak bertahan lama dan mengembuskan napas terakhirnya saat menjalani pengobatan untuk menjaga kesehatan mentalnya.
Setelah kejadian tersebut, semuanya kembali tenang. Tak ada lagi sosok-sosok aneh yang mengganggu warga di wilayah itu. Meski begitu, hingga saat ini, tikungan tajam itu tetap dikenal dengan cerita-cerita mistisnya, meskipun kecelakaan di sana sudah jarang terjadi.
Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan perasaan seseorang atau menilai orang hanya dari luarnya. Setiap manusia memiliki pikiran dan hati yang berbeda-beda. Jika merasa tidak suka terhadap seseorang, sebaiknya sampaikan pendapat dengan cara yang baik, tanpa melukai hati atau menyakiti mereka secara emosional.
Kita tak pernah tahu seperti apa isi hati seseorang atau seberapa dalam luka yang mereka rasakan. Dendam, amarah, dan egoisme hanya akan membawa kerugian bagi diri sendiri dan orang lain.
.jpg)