Aroma Bunga Melati
CerpenMalam tiba di tengah kesunyian, membawa gelap yang pekat dan suara hiruk pikuk samar yang terasa menusuk. Kesepian begitu mendominasi, seolah waktu terhenti tanpa satu pun pergerakan. Angin berembus tajam, bergemuruh menciptakan suasana kacau yang sulit untuk dipandang, apalagi dirasakan dengan hati yang tenang.
Jauh dari bisingnya kota, kehidupan di pedesaan terasa asing. Bahkan, jejak langkah manusia pun jarang terdengar atau terlihat di sini. Banyak orang enggan keluar, takut akan gelap malam yang mencekam. Ketakutan terhadap keheningan dan kegelapan ini membuat interaksi manusia seolah lenyap, sepi tanpa sapaan ataupun keberadaan yang terasa.
Setiap malam, udara membawa bau khas yang semakin mempertegas suasana mencekam. Harumnya sering dikaitkan dengan melati, bunga yang dikenal memiliki daya tarik mistis. Wanginya, meski kuat dan khas, justru membuat banyak orang enggan menghirupnya terlalu lama. Sebagian percaya bau tersebut adalah pertanda kehadiran makhluk tak kasat mata, sehingga mereka kerap merasa waspada.
Ketakutan semakin nyata saat mereka memasuki area di mana aroma melati itu menguar. Bulu kuduk berdiri—tanda naluri akan sesuatu yang tidak kasat mata tetapi terasa dekat. Ketika musim bunga tiba dan bunga-bunga melati mulai berguguran, ketegangan di hati warga kian menjadi. Tinggal di pelosok terpencil, jauh dari keramaian, hanya mempertegas rasa cemas yang menyelimuti mereka, membuat imajinasi liar terbang ke arah ketakutan yang mendalam.
Rutinitas banyak terganggu, tak sedikit yang terpaksa menghentikan aktivitasnya di malam hari. Rasa takut dan kekhawatiran menyelimuti, apalagi aroma bunga yang menyengat telah menyebar, menjadikan penduduk semakin resah. Bukan bunganya yang menjadi sumber ketakutan, melainkan sosok yang dikabarkan menyukai bunga itu. Sosok inilah yang membuatnya tak sanggup melewati area yang penuh pohon melati saat malam tiba.
Kalaupun ada yang memberanikan diri keluar, itu dilakukan dengan bergiliran atau saling berpegangan untuk menenangkan diri. Ketakutan mendalam membuat hanya segelintir orang yang berani melintasi tempat itu di waktu malam. Setelah senja tiba, penduduk segera mengurung diri di dalam rumah. Aktivitas di luar rumah lenyap seketika, bahkan halaman rumah pun tak lagi ada yang berani didiami.
Akibatnya, suasana di tempat itu menjadi sunyi seperti tak berpenghuni. Ketika malam datang, suara-suara aneh semakin terdengar menggema, menciptakan suasana yang mencekam. Aroma bunga melati pun semakin tajam hingga masuk ke dalam rumah, membuat siapa pun enggan keluar. Penduduk merasa cemas akan sesuatu yang berbahaya jika mereka memberanikan diri melangkah keluar. Dalam pikiran mereka, sosok tak kasat mata menjadi ancaman terbesar setiap kali aroma melati tercium di udara.
