31/08/2025

Gelandangan Bermoral

Gelandangan Bermoral

ilustrasi

Hidupku memang jauh di katakan layak, dan pekerjaan ku sering kali di anggap sebagai manusia kotor. Aku memang bukan datang dari keluarga konglomerat, tapi aku sangat bangga kalau diriku bisa bekerja tanpa harus meminta minta. walau hanya sekedar bekerja memilah barang barang dari mayoritas warga, tapi aku bisa bangga menghidupi keluarga ku tanpa meminta belas kasihan orang lain. 

Aku tidak pernah marah dengan orang orang kaya di atas ku yang sering kali mengusir ku, Aku tidak perna marah jika ada petinggi melemparku dengan sampah sampah yang ia kasih kepadaku, dan aku tidak pernah marah jika aku di anggap hina oleh orang yang mempunyai jabatan dan materi yang besar. Aku dan keluargaku tidak pernah merasa malu, dengan apa yang aku usahakan tidak membuat orang lain di rugikan.

Aku hidup yang sering di usir oleh petinggi petinggi, bahkan pejabat , dengan berbagai alasan para aparat datang dan di utus oleh para pejabat pejabat politik. beralasan membawaku dan menertibkan ku agar tempat nya jauh lebih bersih dan nyaman, karena akan adanya hajat politik yang di adakan saat itu. Kenapa para petinggi tidak pernah berpikir, jika kami terlihat kotor dengan pekerjaan kami sebagai gelandangan lalu bagai mana sampah sampah yang berhamburan di jalan tidak ada penertiban dan kenyamanan yang ia utamakan. 

Kami sebagai gelandangan membantu sedikit nya memilah sampah dan mengurangi banyak nya sampah yang bergelimpang. Namun kenapa kami selalu di anggap sebagai manusia tidak layak, bahkan di anggap manusia sampah yang tidak pernah di hargai. Di saat adanya hajat politik semua kau utus untuk menertibkan dan membersihkan, tapi jika hal itu tidak ada sampah akan berbaur tanpa ada satu pun yang kau utus untuk membenahinya. 

Walau pun kami hanya gelandangan kami masih punya ahlak dan moral untuk tahu apa yang namanya keperdulian. Aku yang berada di sela petinggi gedung gedung kota,  membuat ku sering yang namanya menahan rasa kantuk, bahkan aku sering kali menahan betapa dingin nya malam hari dan teriknya matahari yang membuat ku harus bisa terus maju demi sesuap nasi tanpa harus meminta minta dengan modal kesedihan. 

Berjalan mengayuh kaki yang di penuhi luka bekas injakan kerikil setiap harinya, Sangat beda dengan pejabat yang mempunyai kaki bersih, harum bahkan terawat memakai sepatu kilat dan berbusana sangat mewah. Beda dengan keberadaan ku yang kau anggap manusia sampah, tidak pernah merasakan bagaimana hidup mewah bagai mana rasa nya memakai jas dan dasi  bahkan sepatu yang berkilat rapih.
Kau yang hidup enak hanya duduk tidur dan bersantai, sudah tidak harus susah mencari makan tanpa harus membawa karung di belakang punggungmu yang hampir bisa puluhan kilo berat nya. 

Beda dengan pejabat tinggi, yang hanya duduk diam di ruangan mewah nyaman namun masih sering kali bilang cape bahkan mengeluh . Keluhan yang terdengar gajih yang tidak cukup tunjangan yang kecil, bahkan uang makan yang tidak pernah enak. Coba kalian pindah menjadi aku yang hanya gelandangan, cuma hanya untuk makan kami tidak bisa mengeluh sakit, kami tidak bisa santai santai atau pun tidur . Kami harus terus berjalan demi sebungkus nasi bahkan kami tidak tahu bagaimana rasanya makanan makanan yang kali anggap tidak enak. 

Jangan pernah menjadi pejabat pejabat penghancur hati masyarakat, kau harus mengayomi masyarakat bukan untuk memberantas rakyat kecil. kau di gajih untuk mengabdi bukan untuk di abdi, jangan pernah tertanam dalam jiwa mu tinggi cuma karena jabatan, hingga menganggap orang seperti ku layak nya sampah yang tidak kau lirik bahkan pedulikan. Jangan pernah lupa gajih yang kau dapat dari hasil kerja keras orang orang sampah seperti apa yang kau anggap sampah. 



                                                   SELESAI
Close Comments