Sosok Setan Wayang

Sosok Setan Wayang


Ada sebuah peristiwa yang terjadi pada tiga anak laki-laki yang masih berada di usia remaja. Ketiga anak itu adalah Johan, Kohar, dan Udin. Di masa itu, mereka sedang menikmati masa remajanya, sehingga membuat mereka jarang betah berdiam diri di rumah. Ketiganya kerap menghabiskan waktu dengan bermain dan bermain lagi, seakan tak ada keinginan untuk menetap di rumah, mungkin karena mereka sedang giat-giatnya mencari jati diri.

Suatu hari, salah satu warga kampung mengadakan hajatan besar. Dalam acara tersebut, disediakan hiburan berupa pagelaran wayang kulit. Pertunjukan wayang kulit ini merupakan hiburan yang cukup langka, karena memerlukan biaya mahal dan dianggap sakral. Biasanya, hiburan seperti ini hanya digelar jika ada hajatan besar.

Mendengar kabar tersebut, ketiga anak itu merasa sangat gembira. Mereka senang karena acara wayang kulit ini memberi alasan untuk keluar rumah malam-malam tanpa khawatir dimarahi orang tua. Dengan bersemangat, mereka pun memutuskan untuk meminta izin dan uang kepada orang tua masing-masing agar bisa menyaksikan pertunjukan wayang kulit itu.

Sesampainya di rumah, Johan langsung meminta izin kepada orang tuanya. Tanpa ragu, orang tua Johan memberikan izin karena selama ini mereka sangat sayang pada Johan. Tak ada sedikit pun penolakan atau larangan untuknya.

Berbeda dengan Johan, Kohar menemui kendala saat meminta izin dari orang tuanya. Setelah selesai mandi, ia segera menyampaikan niatnya untuk menonton wayang kulit malam itu. Namun, orang tuanya tidak mengizinkannya dengan alasan mereka harus menjaga adik Kohar yang sedang sakit. Orang tua Kohar juga merasa khawatir jika Kohar pergi sendiri tanpa pengawasan, sehingga mereka memilih untuk melarangnya keluar malam itu.

Kohar yang sangat ingin menonton pertunjukan wayang, walau mendapat sedikit tentangan dari orang tuanya, tetap bersikukuh. Ia berusaha meyakinkan mereka bahwa ia tidak akan pergi sendirian, melainkan bersama dua temannya, Johan dan Udin. Kekhawatiran orang tua Kohar sedikit mereda setelah mendengar ini, meskipun setengah hati mereka memberi izin. Dengan rasa lega, Kohar akhirnya diizinkan pergi dan segera mengabarkan berita gembira ini kepada teman-temannya.

Namun, situasinya berbeda di rumah Udin. Berbeda dengan Johan dan Kohar yang sudah mendapat izin, Udin masih berjuang mati-matian membujuk kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya bersikeras melarang Udin pergi. Menurut mereka, menonton pertunjukan wayang bukanlah sekadar hiburan biasa. Penonton harus sabar dan tetap duduk sampai akhir acara. Kekhawatiran terbesar mereka adalah jika Udin pulang sebelum pertunjukan selesai, bisa saja hal buruk terjadi.

Udin yang merasa tidak puas dengan penolakan tersebut terus memaksa. Sementara itu, Johan dan Kohar memutuskan untuk datang ke rumah Udin, berharap bisa mengajak temannya itu bergabung. Namun, sesampainya di sana, mereka mendapati Udin sedang dimarahi habis-habisan oleh orang tuanya. Johan dan Kohar memilih untuk menunggu dengan sabar di luar, tidak ingin menambah suasana tegang.

Saat mendengar percakapan di dalam rumah, barulah Johan dan Kohar mengetahui alasan sebenarnya kenapa orang tua Udin begitu tegas melarang pertunjukan wayang tersebut. Alasannya cukup menggelitik rasa penasaran mereka—pertunjukan wayang kulit dianggap sakral oleh orang-orang dulu. Jika seseorang meninggalkan pertunjukan sebelum selesai, konon katanya hal buruk bisa saja terjadi pada mereka.

Keingintahuan pun mendorong Johan dan Kohar untuk bertanya langsung kepada orang tua Udin, "Kalau kami pulang sebelum pertunjukan selesai, apa yang akan terjadi?" tanyanya penuh rasa ingin tahu.

Percakapan pun berlanjut, dengan suasana menjadi semakin serius ketika sang ibu dan ayah Udin menjelaskan lebih jauh tentang satu-satunya alasan di balik larangan itu…

Udin benar-benar memiliki tekad yang sabar. Ia juga merasa harus menyelesaikan apa yang telah dimulai, termasuk menonton sebuah cerita hingga selesai. Orang tua Udin pernah berpesan, jika pertunjukan wayang tidak ditonton sampai selesai, hal yang tidak diinginkan bisa saja terjadi. Pesan ini selalu diingat oleh Udin.

Mendengar hal itu dari Udin, Johan dan Kohar akhirnya menyarankan agar ia mengikuti nasihat orang tuanya. Mereka juga membujuk Udin untuk mendapatkan izin, dengan syarat berjanji kepada kedua orang tuanya bahwa mereka akan menonton wayang kulit hingga rampung, tanpa pulang lebih awal. Ketiga anak itu akhirnya membuat janji bersama pada orang tua Udin.

Melihat keseriusan mereka, orang tua Udin dengan berat hati memberikan izin. Namun mereka mengingatkan Udin untuk menepati janjinya. Dengan begitu, malam itu Udin, Johan, dan Kohar akhirnya diizinkan pergi menonton wayang kulit. Mereka mencari tempat duduk yang strategis agar dapat melihat pertunjukan dengan jelas.

Pertunjukan pun dimulai. Namun baru beberapa saat, Johan dan Kohar yang tidak terbiasa menonton wayang merasa bosan. Bahkan keduanya mulai mengantuk karena menurut mereka cerita tersebut terlalu membosankan. Meski begitu, Udin mengingatkan kedua temannya untuk tetap menonton. Ia mengingatkan akan janji yang telah mereka buat kepada orang tuanya dan memperingatkan tentang kemungkinan hal buruk terjadi jika mereka melanggar.

Namun, Johan dan Kohar justru menertawai Udin. Mereka menganggap kepercayaan orang tua Udin hanyalah tahayul belaka. Mereka berpandangan bahwa hal semacam itu hanyalah mitos orang-orang zaman dulu. Tanpa memedulikan janji yang sudah dibuat, Johan dan Kohar akhirnya memutuskan keluar dari pertunjukan, meninggalkan Udin sendirian.

Udin tetap bertahan di tempatnya sambil menonton pertunjukan hingga selesai. Ia tidak ingin mengecewakan orang tuanya, meskipun dua temannya telah meninggalkannya begitu saja.

Sementara itu, di perjalanan pulang, Johan dan Kohar mulai merasakan hal aneh. Angin yang sangat kencang tiba-tiba bertiup melewati mereka, membuat Kohar merasa takut dan gemetar. Meski begitu, Johan tetap menyuruh Kohar untuk terus melangkah pulang.

Beberapa langkah kemudian, hal ganjil kembali terjadi. Kali ini terdengar suara langkah kaki di belakang mereka. Merasa cemas, Kohar bertanya kepada Johan apakah ia juga mendengar suara tersebut. Dengan nada ketakutan, ia berkata bahwa suara itu seperti langkah seseorang yang mengikuti mereka dari belakang. Suasana semakin mencekam di malam itu...

Iyah, aku dengar. Johan pun menoleh ke belakang, namun tidak ada seorang pun yang terlihat saat itu. Mungkin itu hanya perasaan kita saja, Kohar. Mari kita lanjutkan perjalanan, ucap Johan.

Ketika melanjutkan perjalanan, tiba-tiba sebuah kain hitam melesat kencang melewati mereka. Hal itu membuat mereka kaget dan langsung berteriak ketakutan. Saat meminta tolong, tidak ada seorang pun yang datang membantu karena sebagian besar warga sedang asyik menonton hiburan wayang. Akhirnya, dengan rasa takut yang mencekam, Kohar dan Johan memutuskan untuk berlari pulang dan meninggalkan kampung tersebut.

Namun, langkah mereka terasa berat, seolah-olah ada yang menahan, membuat lari mereka melambat. Dengan tubuh yang letih dan kelelahan, mereka akhirnya tidak sanggup lagi bergerak cepat. Tiba-tiba, di tengah rasa panik, muncul sesosok makhluk menyerupai wayang namun sangat menyeramkan. Makhluk itu menatap tajam ke arah Johan dan Kohar sambil menyeringai dengan darah berlumuran di mulutnya. Kejadian itu membuat keduanya terpaku dalam ketakutan.

Mereka berupaya meminta tolong dan ingin kabur, namun terasa seperti ada sesuatu yang menghalangi mereka. Kedua kakinya terasa begitu berat untuk digerakkan. Lama-kelamaan, rasa panik yang melumpuhkan itu membuat mereka pingsan di tempat.

Ketika akhirnya tersadar, mereka terkejut mendapati bahwa hari telah pagi. Banyak warga kampung berkerumun di sekitar mereka, mengira keduanya telah tiada. Bahkan keberadaan mereka menjadi tontonan bagi para penduduk.

Setelah kembali ke rumah, mereka menceritakan pengalaman tersebut kepada keluarga. Cerita itu membenarkan apa yang pernah disampaikan oleh orang tua Udin bahwa kisah setan wayang memang nyata adanya. Johan dan Kohar merasa sangat menyesal telah melanggar nasihat dan ingkar janji kepada Udin serta keluarganya. Mereka pun meminta maaf atas tindakan mereka yang meninggalkan Udin sendirian saat pertunjukan wayang berlangsung dan menyatakan sesal yang mendalam atas semua yang terjadi.
Load comments