Teror Ketutkan Pintu
Cerpen MisteriAda sebuah cerita tentang teror yang telah menciptakan keresahan di kalangan warga. Teror ini menimpa sebuah kampung yang cukup ramai penduduknya. Kejadian tersebut bukan hanya membuat takut, tetapi juga membangkitkan rasa penasaran di antara warga.
Warga kampung merasa teror ini sangat mengganggu dan mengusik ketenangan. Ketakutan semakin besar, apalagi bagi keluarga-keluarga yang anggotanya sering harus bepergian atau tinggal terpisah. Hal ini menambah kecemasan, bahkan memberikan trauma kepada beberapa di antaranya.
Teror tersebut tidak hanya menyasar satu orang, melainkan terjadi serentak hampir setiap malam. Kejadian ini membuat banyak warga kebingungan dan terus bertanya-tanya tentang siapa atau apa yang berada di balik gangguan ini. Beberapa warga menduga bahwa pelaku teror hanyalah orang iseng yang ingin menakut-nakuti mereka.
Meski begitu, kebingungan tetap melanda karena teror terjadi secara konstan, hampir setiap hari, namun tidak ada kerugian fisik atau materiil yang diderita oleh warga. Jika pelaku adalah manusia dengan niat buruk, seharusnya sudah ada korban atau sesuatu yang hilang di kampung tersebut, tetapi hal itu tidak pernah terjadi.
Kondisi ini membuat semua orang bertanya-tanya apa sebenarnya tujuan dari aksi teror ini. Setiap malam, warga selalu mendengar ketukan di pintu rumah mereka. Namun, saat pintu dibuka, tidak ada seorang pun di sana. Kejadian ini berlangsung berulang kali, hingga seluruh kampung merasa resah dan tidak nyaman dengan keberadaan teror yang seolah tak berujung.
Setiap ketukan itu terdengar serentak dan seirama, seolah-olah pelaku teror tersebut bukanlah hanya satu orang, melainkan banyak. Warga pun memiliki kesimpulan yang seragam—bahwa semua kejadian muncul pada waktu yang sama, menyasar banyak rumah sekaligus. Hal ini membuat mereka percaya bahwa teror tersebut bukanlah perbuatan manusia, melainkan makhluk halus. Bagi warga, mustahil bagi sekelompok kecil manusia untuk melakukan teror semacam itu secara serentak terhadap puluhan rumah dalam waktu yang bersamaan.
Karena kebingungan dan ketakutan terus melanda, akhirnya salah satu warga berinisiatif menggalang ronda malam bersama untuk melindungi kampung. Tujuannya jelas, warga berharap teror ini segera berakhir dan keamanan kembali dirasakan oleh setiap keluarga di kampung tersebut.
Namun, meski ronda telah diadakan rutin setiap malam, teror itu bukannya berhenti—justru semakin menjadi-jadi. Pada awalnya, gangguan hanya terjadi di malam hari, tetapi kini frekuensinya meningkat hingga tiga kali dalam sehari. Teror ini bahkan seakan-akan mengejek para warga yang berjaga, memperlihatkan bahwa upaya ronda mereka tidak membuahkan hasil.
Ketegangan semakin memuncak, membuat salah satu warga yang sedang berjaga merasa sangat kesal. Dalam amarahnya di pos ronda, ia melontarkan tantangan kepada peneror tersebut. "Kalau aku tahu siapa yang meneror keluargaku dan membuat mereka ketakutan, aku tidak akan memaafkanmu. Aku akan menghukummu!" katanya dengan emosi yang membara.
Hal ini menunjukkan keberanian sekaligus frustrasi yang dirasakan oleh warga akibat gangguan misterius yang terus melanda kampung mereka.
Peristiwa tersebut banyak menjadi bahan tertawaan warga lainnya. Mereka menganggap salah satu warga terbawa emosi karena kelelahan menghadapi teror yang terus berulang. Hingga akhirnya, pada pukul 02.00 dini hari, warga pun sepakat untuk pulang ke rumah masing-masing. Mereka merasa usaha untuk ronda sia-sia, mengingat teror tetap saja menimpa keluarga mereka di rumah.
Ketika semua warga mulai berpencar menuju kediaman masing-masing, dua orang warga tiba-tiba dikejutkan oleh sosok misterius yang berdiri di depan mereka. Sosok itu berupa seorang laki-laki yang membelakangi dengan tubuh tampak kaku. Keduanya saling bertanya dengan heran.
"Mas Tono, lihat deh, itu di depan ada laki-laki," ucap salah satu warga.
"Iya, Mas Ilyas, saya lihat. Siapa ya? Kok aneh, kaku begitu," balas yang lainnya dengan raut kebingungan.
Dengan penasaran, mereka mendekati sosok itu dan salah satu warga mencoba bertanya, meski dengan nada gemetar. "Maaf, Mas, bisa saya bantu? Kenapa berdiri diam di pinggir jalan? Lagi nunggu seseorang kah?" tanyanya.
Sosok laki-laki itu menjawab dingin, "Lagi nunggu, Mas..."
Jawaban tersebut membuat kedua warga semakin bingung. "Hah? Nunggu saya, Mas? Memangnya, Anda siapa?" tanya salah satu dari mereka.
Laki-laki tersebut kemudian melanjutkan dengan suara lirih, "Saya mau minta tolong..."
"Tolong apa ya, Mas?" tanya warga lagi sambil mendekat lebih hati-hati. Saat itulah sosok tersebut perlahan berbalik menghadapi kedua warga, memperlihatkan wajahnya. Pemandangan itu membuat mereka berteriak keras sebelum berlari ketakutan. Wajah dan tubuh sosok itu ternyata bukan milik manusia. Ia adalah arwah salah seorang yang dua minggu lalu tewas tertabrak di daerah tersebut.
Sosok arwah itu menyampaikan permintaan kepada kedua warga tersebut untuk mencarikan tangan miliknya yang hilang. Selama ini, teror yang menghantui kampung itu memang berasal darinya. Ia mengetuk pintu hampir setiap rumah untuk meminta tolong kepada para warga agar mau membantu menemukan tangannya yang hilang.
Setelah kejadian tersebut terungkap dan diketahui oleh seluruh warga kampung, mereka akhirnya sepakat untuk membantu mencari tangan arwah itu demi mengakhiri teror yang selama ini menghantui mereka setiap hari.
