Kutukan Batu Nisan

Kutukan Batu Nisan


Kisah ini berawal dari sebuah desa yang terletak jauh di pelosok, jauh dari hiruk-pikuk kota besar, dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit. Desa tersebut memiliki satu hal yang sangat mencolok dibandingkan desa-desa lainnya, yaitu area pemakamannya yang sangat luas. Pemakaman ini bahkan terlihat tidak seimbang dengan jumlah penduduknya yang kecil.

Desa itu dikenal sebagai tempat yang sempit dan sunyi. Namun, bukan hanya suasananya yang sepi yang menjadikannya terkenal, melainkan julukan "desa kuburan" yang disematkan kepadanya. Meski berpenghuni, desa ini dihuni oleh segelintir orang dengan wilayah yang terbatas. Hal tersebut sering membuat orang luar bertanya-tanya. Bukan karena jumlah penduduknya yang banyak, tetapi karena kubur-kubur yang memenuhi desa tersebut. Bahkan, makam-makam itu tampak mendominasi desa kecil ini.

Uniknya, pemakaman di desa itu tidak diperuntukkan khusus bagi warganya saja. Warga dari luar desa pun diperbolehkan menguburkan keluarga mereka di sana. Akibatnya, semakin hari kawasan pemakaman menjadi penuh sesak. Banyak pendatang dari luar desa bahkan berlomba-lomba menandai lahan untuk kelak dijadikan tempat peristirahatan terakhir keluarga mereka.

Keanehan ini tidak hanya membuat orang luar geleng kepala, tetapi juga menimbulkan kebingungan di antara penduduk asli desa tersebut. Meski demikian, penduduk desa sendiri tampak tidak terlalu peduli atau tergesa-gesa menandai lahan pemakaman untuk diri mereka atau keluarga mereka di sana. Mereka seolah sudah terbiasa dan bersikap santai terhadap fenomena ini.

Konon, kejadian aneh pernah terjadi di area pemakaman desa tersebut, hal yang hingga kini menjadi misteri dan menarik perhatian banyak orang. Kejadian itu diyakini menjadi salah satu alasan warga dari luar desa berdatangan ke pemakaman ini. Ceritanya bahkan dianggap begitu luar biasa hingga banyak orang sulit mempercayainya. Kabar tentang peristiwa ini terus menyebar, memunculkan daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang penasaran pada misteri desa kuburan ini.

Pada suatu waktu, sebuah peristiwa menimpa salah satu keluarga asli dari kampung tersebut. Sang ayah meninggal dunia, dan keluarga itu segera melaporkan kejadian tersebut kepada kepala rusun di daerah itu. Mereka berharap kepala rusun dapat mengurus pemberitahuan kepada pihak pemakaman agar disediakan tempat untuk memakamkan almarhum.

Namun, tiba-tiba muncul kabar yang mengejutkan. Penjaga pemakaman menolak menerima jenazah dan tidak bersedia menyediakan lahan dengan alasan bahwa tempat pemakaman sudah penuh dan tidak lagi mampu menampung jenazah baru. Mendengar kabar tersebut, pihak keluarga merasa bingung dan memutuskan untuk menemui langsung penjaga makam guna mendengar penjelasan lebih lanjut.

Setelah bertemu, pihak keluarga segera menanyakan alasan penolakan tersebut. Mereka menyampaikan bahwa mereka adalah keluarga almarhum yang sebelumnya meminta lokasi untuk pemakaman, namun merasa heran mengapa permintaan itu ditolak.

Penjaga makam pun menjawab, "Benar, saya yang menolak permintaan tersebut. Ini karena lahan pemakaman sudah penuh dan tidak memungkinkan lagi untuk menerima jenazah baru."

Tidak puas dengan jawaban itu, keluarga tersebut memutuskan untuk langsung memeriksa area pemakaman guna memastikan kebenarannya. Ternyata, mereka menemukan banyak lahan kosong yang seharusnya masih bisa digunakan. Maka, mereka kembali meminta agar salah satu lahan tersebut diberikan untuk memakamkan almarhum ayah mereka.

Namun, meski sudah ditunjukkan bahwa masih ada lahan kosong, penjaga makam tetap menolak memberikan izin. Hal ini membuat keluarga semakin curiga dan penasaran mengapa warga asli kampung itu justru tidak diperbolehkan dimakamkan di tempat tersebut, sementara orang lain bisa. Emosi pun memuncak, hingga keluarga itu mulai memarahi penjaga makam dengan kata-kata yang tidak menyenangkan.

Merasa terpojok, penjaga makam akhirnya menjelaskan alasan sebenarnya di balik penolakannya. Penjaga makam menceritakan bahwa semasa hidupnya, almarhum ayah keluarga tersebut pernah menimbulkan masalah terkait tanah makam itu. Almarhum bahkan pernah menghina pemakaman tersebut dan menyebutnya sebagai tempat yang kumuh, tidak layak, serta diperuntukkan bagi orang-orang tanpa agama. Pada masa itu, almarhum juga sempat mengatakan bahwa jika dirinya meninggal dunia nanti, ia tidak mau dimakamkan di sana.

Ucapan tersebut ternyata diketahui oleh pemilik asli tanah makam sebelum meninggal dunia, dan pemilik itu berpesan agar almarhum atau keluarganya tidak pernah diizinkan dimakamkan di tempat tersebut. Menurut penjaga makam, ada “kutukan” dari semua batu nisan di pemakaman itu yang menolak keberadaan almarhum. Bahkan jika lahan diberikan sekalipun, katanya, liang lahat akan menolak menerima jasadnya.

Meski telah mendengar penjelasan panjang tersebut, pihak keluarga tetap tidak percaya pada cerita penjaga makam. Mereka merasa ada alasan lain di balik penolakan itu yang masih disembunyikan. Situasi pun semakin tegang tanpa solusi yang jelas di akhir pembicaraan.

Ia tetap bersikeras dan mengamuk, mendesak agar ayahnya dimakamkan di tempat tersebut. Ia meminta untuk menggali lahan bagi jenazah ayahnya. Akhirnya, penjaga kuburan pun menyanggupi permintaannya, tetapi dengan peringatan bahwa jika terjadi sesuatu, ia tidak akan bertanggung jawab karena sebelumnya sudah memberi peringatan dengan jujur.

Keluarga mengabaikan peringatan itu dan segera kembali untuk memberi tahu keluarga lainnya agar membawa jenazah ayahnya ke lokasi pemakaman tersebut. Tak lama kemudian, suara ambulans terdengar mendekat ke area kuburan, dan kerumunan warga serta keluarga berdatangan untuk menyaksikan proses pemakaman terakhir jenazah tersebut.

Setelah lubang kubur selesai digali, pihak keluarga meminta agar jenazah segera dimasukkan ke liang lahat. Langit yang mulai gelap mengisyaratkan kemungkinan hujan, sehingga membuat semua orang terburu-buru karena khawatir proses pemakaman terganggu. Saat jenazah hendak dimasukkan ke dalam liang lahat, terjadi masalah seperti yang telah diperingatkan oleh penjaga makam sebelumnya; lubang yang digali tampak terlalu kecil sehingga jenazah tidak dapat masuk.

Keluarga merasa geram dan memaksa pihak penggali kubur untuk memperbesar lubang tersebut, dengan asumsi bahwa penggali tidak memperhatikan ukuran jenazah. Padahal lubang sudah dibuat sesuai ukuran manusia normal. Karena desakan keluarga, lubang tersebut akhirnya diperlebar dan ukurannya ditambah.

Setelah lubang selesai diperbaiki, mereka mencoba kembali memasukkan jenazah. Namun, masalah yang sama masih terjadi; jenazah tetap sulit dimasukkan. Usaha untuk memiringkan jenazah agar muat di liang lahat pun menimbulkan kesulitan bagi warga yang membantu proses pemakaman tersebut.

Banyak yang mulai menyerah hingga akhirnya mereka secara paksa memasukkan jenazah ke dalam dan menutup lubang dengan tanah. Ketika batu nisan hendak dipasang di atas makam, tiba-tiba batu nisan tersebut hancur berkeping-keping, seolah tidak mau berada di tanah tersebut. Kejadian itu membuat suasana di pemakaman berubah mencekam, dan banyak orang yang ketakutan menjauh dari lokasi.

Tidak lama setelah kejadian itu, sesuatu yang lebih ganjil pun terjadi. Tanah kuburan tempat ayahnya dimakamkan mendadak bergoyang dan bergetar, seolah-olah makam tersebut menolak jenazah yang berada di dalam liang lahat. Ketika orang-orang mulai panik dan melarikan diri, tanah makam itu terbelah secara tiba-tiba, hingga jenazah ayahnya keluar dari tempat peristirahatan terakhir tersebut.

Peristiwa ini membuat semua orang yang menyaksikan merasa bingung dan cemas. Mereka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan jenazah ayah dari keluarga itu. Tanah pemakaman seakan-akan enggan menerima jenazah tersebut. Akhirnya, keluarga pun mulai percaya dengan ucapan penjaga makam yang sempat mereka dengar sebelumnya. Penjaga itu mengatakan bahwa ayahnya tidak bisa dimakamkan di sana karena alasan kutukan yang berasal dari ucapan ayahnya sendiri semasa hidup.

Dengan berat hati, pihak keluarga kemudian mengambil keputusan untuk memindahkan jenazah ke tempat pemakaman lain. Setelah mendapatkan lokasi baru, jenazah ayahnya akhirnya dapat disemayamkan tanpa ada gangguan apa pun atau peristiwa aneh saat proses penguburan berlangsung. Sejak kejadian itu, pemakaman tempat peristiwa tersebut terjadi dikenal sebagai "Pemakaman Kutukan Batu Nisan."

Load comments