Kisah Penjaga Kamar mayat
Cerpen MisteriSuatu hari, terjadi sebuah peristiwa di rumah sakit terbesar di kota itu, melibatkan seorang penjaga kamar mayat bernama Oka. Oka adalah seorang wanita berusia 21 tahun yang bekerja di bagian tersebut.
Dalam pekerjaannya, Oka tidak hanya memerlukan mental yang kuat, tetapi juga keberanian untuk menghadapi berbagai kondisi mayat yang beragam setiap harinya. Pekerjaan Oka yang bisa dianggap ekstrem ini menuntutnya tidak hanya bekerja di siang hari, tetapi juga sering kali hingga larut malam.
Mayat yang datang kerap tidak terduga, sehingga Oka harus siap menjemput dan mengantarkannya, bahkan di tengah malam sekalipun. Oleh karena itu, Oka sudah terbiasa dengan hal-hal ganjil yang mungkin terjadi selama menjalankan tugasnya.
Suatu malam, Oka bertugas dalam shift malam bersama dua rekan kerjanya. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan mayat baru yang dilaporkan sebagai korban pembunuhan. Informasi itu membuat Oka dan rekannya sedikit tertegun, tetapi pekerjaan tetap harus diselesaikan. Mereka pun membawa mayat tersebut untuk dimandikan.
Namun, saat mayat itu tiba, ternyata kondisinya tidak utuh. Mayat tersebut ditemukan tanpa kepala dan tangan, serta sudah membusuk. Karena tubuhnya tidak dapat langsung dimandikan pada malam itu, Oka dan timnya harus menunggu otopsi serta sabun khusus yang digunakan untuk mayat dengan kondisi seperti itu.
Dengan berat hati, jenazah itu disimpan di ruangan khusus untuk otopsi pada malam itu. Proses penanganan jenazah korban pembunuhan tersebut tidak dapat langsung dilakukan karena harus menunggu persetujuan dari pihak berwenang. Tujuannya adalah mengumpulkan informasi atau bukti yang diperlukan guna mendalami kasus tersebut agar dapat segera terselesaikan.
Pada akhirnya, jenazah itu harus tetap menunggu instruksi dari pihak yang berwenang sebelum pihak rumah sakit dapat menjalankan prosesnya. Jenazah tersebut sudah dua hari berada di ruangan otopsi, namun belum juga dilakukan tindakan apapun, termasuk dimandikan, karena belum ada perintah resmi dari kepolisian terkait.
Situasi ini membuat Oka dan kedua temannya merasa kasihan pada jenazah yang masih belum dimandikan, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa selain menunggu keputusan dari pihak rumah sakit. Dalam waktu luang mereka di tengah pergantian aktivitas, tepat pukul 12 malam, ketiganya memutuskan untuk istirahat sejenak sambil bersantai, mengingat saat itu belum ada jenazah baru yang datang untuk dimandikan.
Tiba-tiba, saat mereka berbincang, tercium aroma busuk yang sangat menyengat di dalam ruangan. Teman-teman Oka pun segera memintanya untuk memeriksa ke area toilet, khawatir ada kotoran atau sisa darah yang tertinggal dari proses sebelumnya. Namun setelah diperiksa, tak ditemukan apapun yang mencurigakan di sana. Ruang tersebut bersih tanpa jejak apa-apa dan juga tanpa bau, hingga membuat mereka kebingungan tentang sumber aroma tak sedap itu.
Oka sempat berpikir bahwa bau tersebut mungkin berasal dari angin yang membawa aroma sampah dari luar, mengingat ada tong sampah yang berada tak jauh dari ruangan mereka. Setelah itu, mereka kembali bersantai dan melanjutkan percakapan. Tak lama kemudian, terdengar suara keras dari arah belakang seolah ada benda seperti ember yang jatuh, mengejutkan ketiganya.
Kedua teman Oka mengira suara benda jatuh itu berasal dari ember yang ada di dekat ruang tempat memandikan jenazah. Namun setelah dicek, ember tersebut ternyata masih berada di tempatnya dengan posisi rapi. Rasa penasaran pun mendorong Oka untuk melihat ke luar ruangan, khawatir ada sesuatu yang jatuh di sekitar sana. Tapi setelah memeriksa ke kiri dan ke kanan, tidak ada tanda-tanda apapun yang menunjukkan adanya benda terjatuh.
Situasi ini semakin membuat mereka merasa aneh dan sedikit cemas. Ketiganya hanya bisa menarik napas dalam-dalam dengan tubuh yang mulai diliputi rasa gemetar kecil karena kejadian tersebut.
Bau busuk itu kembali menyeruak tiba-tiba. Ketiga orang tersebut, seolah digerakkan oleh nalurinya, serempak berbalik ke arah kediaman mereka. Bau itu terasa begitu dekat, seakan-akan bersumber dari dalam rumah. Dengan rasa ingin tahu yang sulit dibendung, mereka segera berdiri untuk mengecek asal bau tersebut. Salah satu dari mereka bahkan menduga bahwa bau itu mungkin berasal dari ruangan di mana mayat yang mereka bawa malam sebelumnya masih tersimpan, belum sempat dimandikan.
Namun, ketika mereka semakin penasaran dan mendekati ruangan itu, ada keraguan yang melintas di benak mereka. Bukankah seharusnya tubuh mayat yang disimpan di ruangan dingin akan membeku dan tidak terlalu menimbulkan bau? Pikiran itu membuat mereka semakin bingung, tetapi rasa penasarannya justru mendorong mereka untuk memeriksanya lebih jauh.
Dengan penuh kehati-hatian, mereka mulai membuka pintu ruangan. Oka, yang bertugas membuka pintu tersebut, dengan ragu menarik gagangnya. Saat pintu terbuka, apa yang mereka lihat sungguh menggetarkan hati. Di dalam ruangan itu, duduk seorang sosok misterius yang menangis sembari berkata dengan suara lirih penuh rasa sakit, "Aku ingin pulang... Tolong bantu aku... Aku sakit... Aku sakit..."
Pemandangan aneh ini membuat ketiganya diliputi ketakutan. Tubuh mereka gemetar hebat, dan tanpa pikir panjang, mereka lari keluar ruangan untuk melaporkannya kepada petugas lain. Dengan perasaan iba bercampur ngeri, mereka mendesak agar mayat korban pembunuhan yang berada di ruangan itu segera dimandikan. Mereka berharap proses itu segera dilakukan agar jenazah bisa diautopsi dan diserahkan kepada pihak keluarga untuk dikebumikan dengan layak. Meski ketakutan masih terbersit di hati mereka, semua bersepakat bahwa ini adalah langkah terbaik untuk mengakhiri kejadian aneh yang baru saja mereka alami.
