Anak yang di larang

Anak yang di larang


Rasya merupakan anak tunggal dari sebuah keluarga konglomerat yang sangat dihormati oleh masyarakat di sekitarnya. Keluarga Rasya berasal dari garis keturunan bangsawan yang memiliki kekayaan melimpah serta kedudukan tinggi. Tidak heran, keluarganya dikenal sangat tertutup dan hampir tidak pernah terlihat mengalami masalah apapun di mata orang lain.

Sebagai anak semata wayang, Rasya menjadi sosok yang begitu disayangi oleh kedua orang tuanya. Namun, statusnya tersebut membuatnya kerap terkungkung dengan batasan-batasan yang diberikan, hingga sulit baginya untuk mendapatkan kebebasan mencari teman. Rasya sering menghabiskan waktu hanya di dalam atau sekitaran rumahnya, yang lambat laun membuatnya merasa jenuh dan bosan.

Rasya beberapa kali memohon kepada orang tuanya agar diizinkan mencari teman dan bermain di tempat-tempat yang ia inginkan. Namun, permintaan itu selalu ditolak. Orang tuanya berpendapat bahwa Rasya bukan anak sembarangan, melainkan berasal dari keluarga bangsawan yang harus menjaga martabat. Mereka merasa tidak semua tempat atau teman sesuai dengan standar keluarga mereka.

Seiring bertambahnya usia, rasa bosan dalam diri Rasya semakin besar. Ia pun mulai memberontak dan sering kali tidak lagi mendengarkan ucapan orang tuanya. Dengan tekad kuat, Rasya menjalin pertemanan dengan siapa pun yang ia kehendaki, meskipun dianggap tidak pantas oleh sang ayah dan ibu. Tindakan ini sempat memicu kemarahan orang tuanya hingga berujung pada hukuman berat—Rasya dilarang keluar rumah untuk alasan apa pun.

Perlahan-lahan Rasya terpaksa menuruti keinginan keluarganya, menjalani hidup sesuai aturan mereka. Namun, orang tuanya mulai menyadari adanya perubahan pada sikap anak semata wayangnya. Rasya kerap terlihat tertawa sendirian, lalu di lain waktu menangis tanpa alasan yang jelas. Hal ini memunculkan kekhawatiran mendalam bagi kedua orang tuanya. Mereka merasa Rasya menyimpan beban yang tidak pernah ia ungkapkan, menyebabkan perilaku aneh yang semakin terlihat dari hari ke hari.

Orang tua Rasya semakin khawatir melihat perubahan perilaku anak mereka yang semakin aneh setiap hari. Suatu malam, mereka memutuskan mengunjungi kamar Rasya. Ibunya mengetuk pintu dan mencoba berbicara dengan lembut saat melihat Rasya duduk termenung sambil menatap jendela.

Ibunya bertanya dengan penuh perhatian, "Rasya, kenapa kamu sering diam dan terlihat sedih belakangan ini? Jika ada masalah, ceritakan ke Ibu." Namun, Rasya hanya terdiam. Setelah didesak, dengan nada tegas ia menjawab, "Ibu, Ayah ingin tahu kenapa aku begini? Karena kalian! Kalian tidak pernah membiarkan aku hidup bebas. Aku ingin berteman dengan siapa saja, tanpa dibatasi hanya karena perbedaan mayoritas."

Mendengar itu, ayahnya naik pitam. "Apa-apaan kamu bicara seperti itu kepada orang tuamu? Semua ini demi kebaikanmu supaya kamu dihargai!" Rasya justru tertawa sinis, lalu meninggalkan mereka tanpa rasa takut. Ibunya semakin resah melihat perubahan sikap anaknya.

Ayahnya, alih-alih menyadari kesalahan, tetap keras kepala. Sementara itu, kondisi Rasya kian memburuk. Ia mulai merusak barang-barang di kamarnya, berteriak-teriak tak jelas, bahkan sering mengucapkan hal-hal kasar tentang ayahnya. Ketika akhirnya diperiksa oleh profesional, mereka terkejut mengetahui Rasya mengalami gangguan jiwa yang cukup parah. Dengan berat hati, kedua orang tua itu harus merawatnya demi pemulihan.

Penyesalan datang terlambat. Mereka menyadari bahwa perlakuan mereka terhadap Rasya telah menyebabkan trauma yang mengganggu mental anaknya, merusak kehidupannya secara mendalam.
Load comments